A. Fungsi Administrasi
Pengkoordinasian
Adanya bermacam-macam
tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, memerlukan adanya koordinasi dari
seorang pemimpin. Adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan
terjadinya persaingan yang tidak sehat dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan.
Dengan adanya koordinasi yang baik, semua bagian dan personel dapat bekerja
sama menuju ke satu arah tujuan yang telah ditetapkan.
Pengkoordinasian diartikan sebagai
usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu agar kegiatan mereka
berjalan selaras dengan anggota dalam usaha mencapai tujuan. Usaha
pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti: (a) melaksanakan
penjelasan singkat (briefing); (b) mengadakan rapat kerja; (c) memberikan unjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (d) memberikan balikan tentang hasil sutu
kegiatan.(Soetjipto:137:2004).
Dengan demikian, koordinasi sebagai
salah satu fungsi administrasi pendidikan dapat disimpulkan sebagi berikut :
“koordinasi adalah aktivitas membawa
orang-orang, material, pikiran-pkiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam
hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan”.
Seperti kita
ketahui bahwa segala bentuk kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan bersama akan bisa berjalan secara teratur dan tertib serta efektif manakala koordinasi sering dilakukan. Menurut Sutisna, koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dan orang-orang, bahan dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Purwanto, koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material, pikiran-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam
hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
Untuk itu dengan mengadakan koordinasi berarti telah mengatur
dan membawa individu, metode, bahan, buah pikiran, saran, cita-cita serta
alat-alat kearah hubungan kerja yang harmonis, komplementer dan
interdependensis sehingga segala macam kegiatan ataupun pekerjaan-pekerjaan
dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien, berkonsentrasi
pada tujuan bersama demi kepentingan bersama. Koordinasi yang
diiaksanakan secara teratur dan dijalankan secara efektif akan
menimbulkan kerjasama yang teratur dan efektif sehingga memudahkan pencapaian tujuan.
mencapai tujuan bersama akan bisa berjalan secara teratur dan tertib serta efektif manakala koordinasi sering dilakukan. Menurut Sutisna, koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dan orang-orang, bahan dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Purwanto, koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material, pikiran-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan ke dalam
hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
Untuk itu dengan mengadakan koordinasi berarti telah mengatur
dan membawa individu, metode, bahan, buah pikiran, saran, cita-cita serta
alat-alat kearah hubungan kerja yang harmonis, komplementer dan
interdependensis sehingga segala macam kegiatan ataupun pekerjaan-pekerjaan
dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien, berkonsentrasi
pada tujuan bersama demi kepentingan bersama. Koordinasi yang
diiaksanakan secara teratur dan dijalankan secara efektif akan
menimbulkan kerjasama yang teratur dan efektif sehingga memudahkan pencapaian tujuan.
Adapun manfaat
dari pengkoordinasian adalah:
a.
Dengan pengkoordinasian dapat diperoleh
kekuatan yang integral dan
menyatu sehingga diperoleh hasil gerak organisasi yang kompak,
harmonis dan saling menunjang.
menyatu sehingga diperoleh hasil gerak organisasi yang kompak,
harmonis dan saling menunjang.
b.
Dengan pengkoordinasian diharapkan tidak
terjadi arus yang simpangsiur
antara bidang-bidang yang ada, baik dalam pengambilan
keputusan, penginformasian, serta tindakan, ditinjau dari segi arah,
dan bentuk.
antara bidang-bidang yang ada, baik dalam pengambilan
keputusan, penginformasian, serta tindakan, ditinjau dari segi arah,
dan bentuk.
B. Fungsi Administrasi Motivasi
Penggerakan
(motivating) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan
bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
Ditinjau dari segi pentingnya
manusia dalam organisasi, fungsi organik penggerakan ini merupakan fungsi yang
terpenting. Malahan dapat juga dikatakan bahwa ditinjau dari segi filsafat administrasi
dan manajemen, fungsi organik ini merupakan fungsi yang terpenting pula, karena
pelaksanaan fungsi ini menjadikan manusia sebagai objek langsungnya. Tidak
mengherankan apabila dalam pertumbuhan ilmu administrasi, istilah yang selalu
berbeda- beda adalah istilah yang dipergunakan untuk fungsi ini. Perubahan-
perubahan istilah yang dipergunakan itu adalah suatu hal yang sangat logis
apabila diingat bahwa dengan perkembangan ilmu administrasi yang amat pesat
itu, pandangan terhadap manusia yang berorganisasi serta peranannya di dalam organisasi semakin lama semaki
dipahami.
Penulis sendiri berpendapat bahwa
untuk masa sekarang, istilah yang paling tepat dipergunakan untuk fungsi
organik administrasi dan manajemen yang langsung menyangkut manusia- manusia di
dalam organisasi adalah istilah motivating,
yang untuk mudahnya penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
istilah “penggerakan” meskipun terjemahan yang lebih tepat sebenarnya ialah
“pemberian motif”.
Untuk membedakan pelaksanaan fungsi
itu pada tingkat administrasi dan manajemen dapat dikatakan bahwa administrative motivating bersifat
menyeluruh dan menyangkut semua orang di dalam organisasi, yaitu pemberian
motif kepada setiap orang di dalam organisasi-terutama dilihat dari segi penentuan
kebijakannya-sedangkan managerial
motivating adalah lebih bersifat khusus dan lebih menonjolkan pemberian
motif kepada para anggota organisasi secara individual.
Telah terlihat di muka bahwa manusia
sebagai makhluk hidup bersedia memberikan yang terbaik pada dirinya, waktunya,
tenaganya, keahliannya, dan keterampilannya apabila ia diyakinkan bahwa ia akan
diberi imbalan yang setimpal dengan jasa- jasa yang diberikannya. Jika penulis
mempergunakan motivating untuk fungsi organik yang ketiga ini, hal itu
adalah didasarkan kepada tiga pertimbangan, yaitu sebagai berikut.
a. Motivating secara
implisit berarti bahwa pimpinan organisasi berada di tengah- tengah para
bawahannya dan dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasihat,
dan koreksi jika diperlukan. Hal iniberbeda dalam hal penggunaan istila-
istilah lain, seperti commanding yang
dipergunakan oleh Henri Fayol, directing
yang dipergunakan oelh Gullick, Koontz dan sarjana lain, serta actuating seperti dipergunakan oleh
George R. Terry.
Commanding memberikan
kesan bahwa pimpinan berada “di atas” dan tidak ikut serta mengamati
pelaksanaan, karena pimpinan berada terlalu jauh daripada bawahannya.
Sebaliknya
istilah directing memberikan kesa
bahwa pimpinan organisasi juga berada jauh dari para pelaksana, karena mereka
berada disamping yang dipimpin. Keterlibatan langsung dalam pengamatan
pelaksanaan tidak terlihat dalam penggunaan istilah ini.
Demikian
juga halnya tentang keberatan penulis menggunakan istilah actuating. Bagi penulis actuating
berarti menggerakan dari belakang. Kelemahan- kelemahan yang terlihat dalam
penggunaan istilah commanding, directing, dan leading, atau istilah- istilah lainnya terlihat pula dalam actiating. Karena itu, bagi penulis
istilah yang paling tepat menggambarkan fungsi penggerakan-dalam arti pemberian
motif ialah motivating.
b. Secara
implisit pula dalam istilah motivating telah
tercakup adanya usaha untuk mensinkronisasikan tujuan organisasi dan tujuan-
tujuan pribadi anggota organisasi.
c. Secara
eksplisit dalam pengertian ini jelas terlihat bahwa para pelaksana operatif
dalam memberikan jasa- jasanya memerlukan beberapa macam perangsang.
1. Klasifikasi
Kebutuhan Manusia
Telah berulang
kali ditegaskan bahwa dalam organisasi harus terdapat sinkronisasi antara
tujuan organisasi sebagai keseluruhan serta tujuan pribadi anggota organisasi.
Dalam arti yang sesungguhnya dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya pimpinan
organisasi untuk melaksanakan fungsi motivating
itu sangat tergantung atas kemampuan pimpinan merealisasikan adanya sinkronisasi tersebut.
Setiap manusia
normal mendasarkan hidupnya pada filsafat
quid pro quo yang jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
berarti sesuatu utnuk sesuatu. Atau
dalam pepatah Indonesia : “Ada ubi ada talas, ada budi ada balas”. Seorang
manusia akan rela memberikan budinya apabila
ia yakin bahwa ia akan menerima balas yang
setimpal dengan budi yang diberikan.
Semakin modern
pandangan hidup seseorang, pada umumnya semakin sadar bahwa tidak ada satu hal
pun di dunia ini yang pernah diterima oleh seorang manusia, dari siapa pun
juga, dan bilaman pun yang sunguh- sungguh cuma- cuma.
Karena itu inti
dari seluruh teori motivating ialah
bahwa motif- motif penggerakan yang dipergunakan oleh administrasi dan
manajemen terhadap para bawahannya adalah motif yang senada dengan motif para
bawahan itu untuk menggabungkan dirinya dengan organisasi yang bersangkutan.
Motif para bawahan itu untuk menggabungkan diri dengan sesuatu organisasi
adalah motif pemuasan kebutuhan.
Pada garis
besarnya, setiap manusia mempunyai dua macam kebutuhan pokok. Pertama, ia mempunya kabutuhan yang
bersifat materi. Kedua, ia mempunyai
kebutuhan yang berbentuk nonmateri. Tetapi diakui bahwa penggolongan kebutuhan
yang demikian luas ini belum cukup untuk dipergunakanan sebagai dasar utnuk
mengetahui sevara spesifik, kebutuhan- kebutuhan manusia normal itu.
Para sarjana
telah sering mengadakan penyelidikan mengenai kebutuhan manusia itu. Penulis
ingin meminjam ide yang telah dikembangkan oleh Abraham H. Maslow mengenai
kebutuhan manusia. Di dalam bukunya yang berjudul Motivation and personality, Maslow menggolongkan kebutuhan manusia
itu kepada lima tingkat kebutuahn (five
hierarchy of needs). Kelima tingkat kebutuhan ini perlu diketahui oleh
pimpinan organisasi dan berusaha untuk memuaskannya bagi para bawahannya.
Kelima tingkat kebutuhan itu, menurut Maslow adalah sebai berikut.
a. Kenutuahn- kebutuhan yang bersifat
fisiologis (physiological needs). Manifestasi kebutuhan
ini terlihat dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut.
1)
Sandang,
2)
Pangan, dan
3)
Tempat berlindung (perumahan)
b. Kebutuhan- kebutuhan keamanan
(safety needs). Kebutuhan- kebutuhan keamanan ini
mengarah kepada dua bentuk, yakni sebai berikut.
1)
Kebutuhan akan keaman jiwa, yang bagi
pimpinan organisasi terutama berrati keamanan jiwa di tempat pekerjaan pada waktu jam kerja.
Dalam arti luas tentunya setiap manusia membutuhkan keamanan jiwanya di mana
pun ia berada.
2)
Kebutuhan akan keamanan harta, di tempat
pekerjaan pada waktu jam kerja.
Pentingnya
pemuasaan kebutuhan ini jelas terlihat dan amat terasa pada organisasi modern
di mana pimpinan organisasi selalu megutamakan keamanan dengan mengecek alat-
alat yang dipergunakan. Bentuk lain dari pemuasan kebutuhan ini ialah dengan
jalan memberikan perlindungan asuransi pada para karyawan organisasi. Pemberian
premi yang besar kepada mereka yang melakukan tugas- tugas yang berbahaya
seperti para pekerja tambang di bawah tanah, para penerbang, dan pekerja-
pekerja serupa.
c. Kebutuhan- kebutuhan sosial (sicial
needs). Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia
mempunyai kebutuhan- kebutuhan sosial, yang tergolong kepada empat golongan,
yaitu sebagai berikut.
1)
Kebutuhan akan perasaan diterima oleh
orang lain di mana ia hidup dan bekkerja (sense
of belonging).
2)
Kebutuhan kana perasaan dihormati karena
setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance). Serendah-
rendahnya pendidikan dan kedudukan sesorang, ia tetap merasa dirinya merupaka
orang yang penting. Oleh karena itu, dalam proses penggerakan bawahan pimpinan
organisasi harus dapat memperlakukan setiap orang sehingga orang itu mendapat
kesan bahwa dirinya dan tugas- tugas yang dibebankan kepada penting artinya
untuk tercapainya tujuan organisasi.
3)
Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak
gagal (sense of achievement). Tidak
ada satu orang manusia normal merasa senang jika menghadapi kegagalan.
Sebaliknya ia akan merasa senang jika ia memperoleh kemajuan, baik bentuk harta
yang makin banyak, pangkat yang lebih tinggi, jabatan yang lebih bertanggung
jawab, karena semuanya ini diduga akan mempermudah untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya yang lain. Malahan di beberapa masyraakat, tersedia jalan
terhormat terakhir bagi orang- orang yang gagal dalam hidupnya. Misalnya, harakiri bagi seorang Jepang yang merasa
dirinya gagal.
4)
Kebutuhan akan perasaan “ikut serta” (sense of participation). Sesuai dengan
konsep administrasi dan manajemen demokratis, sering dikenal juga dengan
istilah participative administration and
management, anggota suatu organisasi akan merasa senang- akan mempunyai
kegairahan bekerja yang lebih besar apabila mereka itu diajak turut serta dalam
berbagai kegiatan administrasi dan manajemen, dalam arti kepada mereka
diberikan kesempatan memberikan saran- saran, ide, pendapat, kritik, dan
informasi dalam rangka pengambilan keputusan yang lebih tepat, terutama yang
menyangkut tugas pekerjaan dan nasibnya. Tidak ada satu orang yang senang
diabaikan.
d. Kebutuhan akan prestise (esteem
needs)
Idealnya
prestise timbul sebagai akibat prestasi. Tetapi dalam “dunia kenyataan” tidak
selalu demikian halnya. Meskipun demikian perlu diperhatikan oleh kelompok
pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang di dalam organisasi dan
dimasyarakat, semakin tinggi pula status dan prestisenya. Prestise itu
dimanifestasikan oleh banyak hal yang bersifat aneka ragam simbol. Semakin
tinggi kedudukan sesorang, semakin banyak pula hal- hal yang dipergunakannya
sebagai simbol statusnya itu. Misalnya, kursi bertangan membedakan seorang
“kepala” dengan orang- orang sekelilingnya yang bukan kepala, meja yang lebih
besar, kamar kerja sendiri, mobil dinas, dan sebagainya.
e. Kebutuhan mempertinggi kapasitas
kerja (self actualization)
Hal
ini bahwa setiap manusia ingin mengembangkan kapasitas mental dan kapasitas
kerjanya melalui berbagai cara seperti on
the job training, off the job training, seminar, konferensi, pendidikan
akademis, dan sebagainyA.
Pimpinan
organisasi harus selalu berusaha utnuk memberikan kesempatan pada bawahannya
untuk memuaskan berbagai tingkat kebutuhan ini, yang sering mesti dipuaskan
secara simultan. Jika pimpinan sudah berhasil melaksanakan itu,maka telah
berhasilah pimpinan tersebut mensinkronisasikan tujuan organisasi dengan tujuan
pribadi para anggota organisasi.
Ketidakmampuan/kegagalan
merealisasikan sinkronisasi ini akan mengakibatkan dua hal yang engatif, yaitu
sebagai beriku.
a. Orang-
orang secara mendadak atau berangsur- angsur akan meninggalkan organisasi. Hal
ini, jika terjadi, merupaka bahaya bagi oraganisasi oleh karena labour turn over yang tinggi akan
berarti selalu dicarinya tenaga-0 tenaga baru. Untuk mendidik tenaga- tenaga
yang belum berpengalaman dan ubnskilled menjadi
tenaga yang berpengalaman dan skilled selalu
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Situasi negatif demikian
dapat mengancam kelangsungan hidup organisasi. Jika tenaga- tenga baru
diperlukan, mengganti orang yang pensiun dan/atau meninggal, hendaknya jangan
karena orang- orang meninggalkan organisasi disebabkan ketidakpuasan.
b. Orang-
orang akan tetap tinggal di dalam organisasi, akan tetapi memperalat
organisasi. Ini dapat terjadi dengan merongrong organisasi dan mengorbankan
tujuan dan kepentingan organisasi demi pemuasan tujuan dan kepentingan pribadi.
Kedua
kemungkinan itu sangat tidak baik bagi organisasi, karenanya harus dicegah agar
jangan sampai terjadi.
2. Teknik-
Teknik Penggerakan/Motivasi
Pelaksanaan
fungsi motivating dalam organisasi
dapat dijalankan dengan baik dengan menggunakan teknik- teknik sebagai berikut.
a.
Jelaskan tujuan organisasi kepada setiap
anggota organisasi.
b.
Usahakan agar setiap orang menyadari,
memahami, serta menerima baik tujuan tersebut.
c.
Jelaskan filsafat yang dianut pimpinan
organisasi dalam menjalankan kegiatan- kegiatan organisasi.
d.
Jelaskan kebijakan yang ditempuh oleh
pimpinan organisasi dalam usaha pencapaian tujuan.
e.
Usahakan agar setiap orang mengerti
struktur organisasi.
f.
Jelaskan peranan apa yang diharapkan
oleh pimnpinan organisasi untuk dijalankan oleh setiap orang.
g.
Tekankan pentingnya kerja sama dalam
melaksanakan kegiatan- kegiatan yang diperlukan.
h.
Perlakukan setiap bawahan sebagai
manusia penuh pengertian.
i.
Berikan penghargaan serta pujian
terhadap karyawan yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orangt- orang
yang kurang mampu bekerja.
j.
Yakinkan setiap orang bahwa dengan
bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi orang- orang tersebut akan
tercapai semaksimal mungkin.
Kiranya
menjadi jelas mengapa berhasil-tidaknya pimpinan mencapai tujuan yang telah
ditentukan, dalam arti yang sesungguhnya sangat tergantung atas kemampuannya
melaksanakan fungsi motivating ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar