Minggu, 14 Juli 2013

Analisis Novel "Layar Terkembang"


A.    Pendekatan Analitik
Pendekatan analitik yaitu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik, dan mekanisme hubungan dari setiap unsur intrinsik sehingga membangun keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
Unsur-unsur Intrinsik :
1.      Tema
Tema yang terkandung dalam novel yang berjudul Layar Terkembang ini adalah emansipasi wanita
2.      Karakter/Penokohan
No.
Nama tokoh
Pemeranan
Perwatakan Tokoh
1
Maria
Utama
Mudah kagum, mudah memuji dan memuja, mudah tersenyum, ucapannya sesuai dengan perasaanya yang bergelora, sangat girang dan ceria dan pancaran perasaannya tiada terhambat-hambat.
2
Tuti
Utama
Tidak mudah kagum, sangat menjunjung tinggi hargadiri, pamdai cakap, jarang memuji, selalu memiliki pertimbangan yang masak, tetap pada pendirian, berjuang untuk bangsanya dan orang yang teliti
3
Yusuf
Utama
Sangat mencintai Maria sepenuh hati, idealis, orang yang penuh cita-cita terhadap bangsa dan tanah air, berpikir kritis, bertanggung jawab dan sopan
4
Raden Wiraatmaja
Pendamping
Belum bisa mengkaji dan memahami jalan pikiran anak-anaknya terutama Tuiti
5
Ketiga anak laki-laki di sekitar aquarium
Sampingan
Girang tak pernah diam
6
Teman sekolah Maria
Sampingan
Sangat riuh saat berkumpul, dan suka meledek Maria
7
Mang Parta (Patadiharja)
Pendamping
Selalu menginginkan anaknya untuk hidup bahagia tetapi baginya bahagia adalah hidup senang dengan kemewahan
8
Saleh
Pendamping
Hendak mencari pekerjaan yang bebas, dan menurutkan desakan hatinya untuk hidup bahagia, sesorang yang gembira, tajam pikirannya dan hidup hatinya
9
Juhro
Sampingan
Selalu menyediakan makanan dan minuman setiap ada tamu yang datang ke rumah Pak Raden Wiraatmaja
10
Ratna
Pendamping
Pekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaanya serta selalu ada disamping suaminya saat ia sedih ataupun susah
11
Sukamti
Pendamping
Menyinarkan tenaga dan kepercayaan yang tak terhingga.
12
Dahlan
Sampingan
Sering menemani Yusuf berjalan-jalan saat Yusuf berada di rumah kedua orang tuanya
13
Ibu Yusuf
Sampingan
Sangat menyayangi Yusuf
14
Ayah Yusuf
Sampingan
Tenang, selalu mengikuti kehendak Yusuf, tak banyak bicara dan percaya kepada Yusuf.
15
Sukarto
Sampingan
Idealis, orang yang penuh cita-cita terhadap bangsa dan tanah air
16
Kedua tukang kayu
Sampingan
Sangat mengetahui cerita tua tentang lingkungannnya, bersahaja, dan tangkas
17
Rukamah
Pendamping
Selalu menemani Maria saat di Bandung, suka mengganggu Maria dan menyesali akibat buruk yang disebabkan oleh perbuatannya yang suka mengganggu
18
Istri Parta
Pendamping
Baik dan sangat menyayangi anaknya, Maria, sertaTuti.
19
Iskandar dan Ningsih
Sampingan
Girang dan ceria
20
Rukmini
Sampingan
Tidak ingin jauh dari bundanya
21
Supomo
Pendamping
Baik hati, lemah lembut dan sopan dalam pergaulan.
22
Perawat Maria
Pendamping
Selalu menghibur Maria, selalu menemani Maria saat kesepian dengan bermain dan selalu menyemangatinya
23
Dokter Maria
Sampingan
Menjalankan tugasnya dengan baik dan berusaha semaksimal mungkin untuk merawat Maria
3.      Latar
a.       Latar Tempat
Novel ini menggunakan banyak latar tempat. Diantara banyak latar tempat yang digunakan, berikut ini beberapa latar tempat yang dominan dan dianggap berkesan serta memiliki kesan penting dalam novel ini:
·         Gedung Akuarium, yang merupakan tempat pertemuan Tuti dan Maria serta Yusuf untuk yang pertama kalinya
·         Air terjun Dago, tempat dimana Maria dan Yusuf saling mengatakan cinta serta mengikrarkan janji akan menjadi pasangan suami istri di hari nanti.
·         Pacet, daerah tempat Maria dirawat serta di daerah ini Tuti dan Yusuf menginap di rumah Saleh dan Ratna yang merupakan teman semasa di bangku sekolah. Di daerah ini terjalin keakraban diantara keduanya.
b.      Latar Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam roman ini yaitu:
-          Pagi-pagi
-          Senja raya
-          Petang
-          Siang hari
c.       Latar Suasana
Beragam suasana yang digambarkan dalam novel ini. Diantaranya kegembiraan Tuti dan Maria saat berkenalan dengan yusuf, kekaguman Maria terhadap Yusuf, ketertarikan Yusuf terhadap maria, kebimbangan dan goncangan jiwa yang dialami Tuti, kegembiraan saat Maria dan Yusuf mengikrarkan janji di air terjun dago, serta kesedihan saat Maria harus meninggalkan orang-orang yang dikasihinya.
4.      Plot/Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran. Berikut rangkaian alur yang terdapat dalam novel :
b.      Eksposisi
Pada bagian ini penulis mulai mengenalkan Tuti dan Maria yaitu dua gadis bersaudara yang memiliki sifat yang berbeda serta memaparkan kehidupan mereka yang merupakan anak dari R.Wiriaatmadja
c.       Komplikasi
Bagian ini penulis mulai menceritakan bagaimana Tuti dan Maria mulai mengenal Yusuf di sebuah pasar ikan. Serta menggambarkan ketertarikan Yusuf kepada Maria seorang gadis periang, dengan muka yang lebih berseri, memiliki mata yang menyinarkan kegirangan hidup.
d.      Resolusi
Puncak Laku Dalam novel ini, puncak laku terjadi disaat Tuti merasakan kebimbangan dan pertentangan hebat didalam dirinya. Ia merasa bahwa dalam dirinya terjadi peperangan antara penyerahan diri dalam cinta yang penuh pertimbangan sedangkan ia meragukan dirinya apakah akan mampu menerima seseorang yang menurut pandangannya tak sedikitpun mempunyai kelebihan dibanding dirinya. Sedangkan apabila ia terlalu memilah dan memilih calon suami bukan tidak mungkin dalam usianya yang sudah begitu lanjut ia tidak akan bersuami.
e.       Klimaks
Tuti harus menerima kenyataan bahwa adiknya mengalami penyakit Malaria parah sehingga mengharuskan Maria dirawat di rumah sakit di Kota Pacet.
f.       Anti Klimaks
Maria meninggal karena karena penyakit yang dideritanya dan berpesan kepada Yusuf dan Tuti agar keduanya tetap meneruskan hubungannya yang kelak menjadi suami istri. Disinilah akhir pertentangan dan kebimbangan dalam diri Tuti karena ia telah mendapatkan seseorang yang sesuai dengan jiwanya. Beberapa waktu setelah meninggalya Maria, Tuti melangsungkan perkawinan dengan Yusuf.
5.      Sudut Pandang
Dalam novel ini pengarang tidak berperan apa-apa. Pelaku utamanya adalah orang lain. Sehingga sudut pandang dalam novel ini adalah orang ketiga serba tahu.
6.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam roman ini yaitu :
·         Majas personifikasi adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup.
“....sedang pohon dan tanaman tertawa melambai ke langit sarat memikul daun...”
“...hanya sekedar untuk lari dari kesunyian diri”
·         Majas Perumpamaan ( Majas Asosiasi )
Perkenalan yang sebentar itu meninggalkan jejak yang mendalam di kalbunya
·         Majas Metafora adalah gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru
“suara alam”
“air emas”
7.      Amanat
Dalam novel ini, amanat yang dapat dipetik ialah:
·         Kita harus meningkatkan pendidikan, bukan hanya bagi kaum lelaki tetapi juga bagi kaum perempuan.
·         Kita harus semangat dalam menjalani hidup
·         Kita perlu belajar mengikhlaskan sesuatu
·         Tolak ukur bahagia untuk masing-masing orang berbeda-beda. Jadi, kita harus mengikuti kata hati kita untuk mendapat kebahagian tersebut.

B.     Pendekatan Didaktik
Pendekatan didaktis berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan maupun sikap itu dalam hl ini akan mampu terwujud dalamdalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis, sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
·         Sikap St.Takdir yang tersurat dalam Novel Layar Terkembang sebagai berikut:
a)      Wanita harus berjuang menyetarakan kedudukannya dengan kaum lelaki.
b)      Kebudayaan Indonesia harus terlahir dari semangat keindonesiaan dan harus tumbuh mengarah bagi bangsa Indonesia.
c)      Masyarakat Indonesia harus bersikap dinamis seperti orang barat. Masyarakat Indonesia harus menjadi masyarakat yang berpendidikan dan kuat menghadapi segala hal yang terjadi pada bangsa.
d)     Mengenai agama,masyarakat Indonesia menggunakan nama agama hanya sebagai simbol dalam KTP. Karena tidak sedikit orang Indonesia yang masih bingung dengan agam yang dianutnya.
·         Keadaan Sosial Ekonomi
a)      Keadaan sosial ekonomi yang tergambar dalam novel tersebut, yaitu kelas ekonomi menengah ke atas.
b)      Hal ini dibuktikan dengan para tokoh yang bersekolah sampai kuliah.
c)      Ditambah Tuti dan Maria yang keturunan kerajaan.Ditunjukkan dengan gelar orang tua mereka yaitu Raden.
C.    Pendekatan Historis
Pendekatan historis menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatar belakangi masa terwujudnya prosa fiksi yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan  maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, 11 Februari 1908.
Pendidikan:
ü  1915-1921       : Menempuh pendidikan HIS.
ü  1921-1925       : Menempuh pendidikan Kweekschool di Bukittinggi, yang kemudian dilanjutkan ke Hogere Kweekschool di Bandung.
ü  1937-1942       : menjalani pendidikan dib Rechtschoge-school di Jakarta
ü  1940-1942       : Menerima pendidikan di Fakultas Sastra.
ü  1979                : Memperoleh gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia.
ü  1987                : Memperoleh gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari University Sains Malaysia.
Karya-karyanya (fiksi):
Tak Putus Dirundung Malang, Dian yang Tak Kunjung Padam, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Grotta Azzura, Tebaran Mega, Lagu Pemacu Ombak, Perempuan di Persimpangan Zaman, dan Kebangkitan.
Karya nonfiksi:
Kebangkitan Puisi Baru Indonesia, Perjuangan Tanggungjawab dalam Kesusastraan Indonesia, dan Amir Hamzah sebagai Penyair, dan Uraian Sajak Nyanyi Sunyi.
D.    Aliran Sastra
Aliran yang digunakan dalam roman “Layar Terkembang” yaitu:
1.      Romantisme, karena pengarang menggambarkan realita kehidupan yang indah serta gambaran gadis cantik sesempurna mungkin.
Tuti bukan seorang yang mudah kagum, yang mudah heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia tahu bahwa ia pandai dan cakap serta banyak yang akan dapat dikerjakannya dan dicapainya......segala buah pikirannya yang tetap itu berdasarkan pertimbangan yang disokong oleh keyakinan yang pasti”.
“Sebaliknya Maria seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Sebelum selesai benar ia berfikir, ucapannya telah keluar menyatakan perasaannya yang bergelora, baik waktu kegirangan maupun waktu kedukaan”.

2.      Idealisme, karena salah satu tokoh dalam cerita mengangankan suatu cita-cita atau harapan.
“Yang seorang yang tegap dan kukuh pendirian, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk cita-cita yang menurut pikirannya mulia dan luhur”
“Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya”.

1 komentar:

  1. blog nya bermanfaat banget untuk tugas kuliah aku, terima kasih :)

    BalasHapus