A.
Pendekatan Analitik
Pendekatan analitik yaitu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan
gagasan atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan
gagasan-gagasannya, elemen intrinsik, dan mekanisme hubungan dari setiap unsur
intrinsik sehingga membangun keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun
totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
1. Tema
Tema yang terkandung dalam novel yang berjudul Layar Terkembang ini adalah
emansipasi wanita
2. Karakter/Penokohan
No.
|
Nama tokoh
|
Pemeranan
|
Perwatakan Tokoh
|
1
|
Maria
|
Utama
|
Mudah
kagum, mudah memuji dan memuja, mudah tersenyum, ucapannya sesuai dengan
perasaanya yang bergelora, sangat girang dan ceria dan pancaran perasaannya
tiada terhambat-hambat.
|
2
|
Tuti
|
Utama
|
Tidak
mudah kagum, sangat menjunjung tinggi hargadiri, pamdai cakap, jarang memuji,
selalu memiliki pertimbangan yang masak, tetap pada pendirian, berjuang untuk
bangsanya dan orang yang teliti
|
3
|
Yusuf
|
Utama
|
Sangat
mencintai Maria sepenuh hati, idealis, orang yang penuh cita-cita terhadap
bangsa dan tanah air, berpikir kritis, bertanggung jawab dan sopan
|
4
|
Raden Wiraatmaja
|
Pendamping
|
Belum
bisa mengkaji dan memahami jalan pikiran anak-anaknya terutama Tuiti
|
5
|
Ketiga anak laki-laki di sekitar aquarium
|
Sampingan
|
Girang
tak pernah diam
|
6
|
Teman sekolah Maria
|
Sampingan
|
Sangat
riuh saat berkumpul, dan suka meledek Maria
|
7
|
Mang Parta (Patadiharja)
|
Pendamping
|
Selalu menginginkan anaknya untuk hidup bahagia
tetapi baginya bahagia adalah hidup senang dengan kemewahan
|
8
|
Saleh
|
Pendamping
|
Hendak
mencari pekerjaan yang bebas, dan menurutkan desakan hatinya untuk hidup
bahagia, sesorang yang gembira, tajam pikirannya dan hidup hatinya
|
9
|
Juhro
|
Sampingan
|
Selalu
menyediakan makanan dan minuman setiap ada tamu yang datang ke rumah Pak
Raden Wiraatmaja
|
10
|
Ratna
|
Pendamping
|
Pekerja
keras dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaanya serta selalu ada
disamping suaminya saat ia sedih ataupun susah
|
11
|
Sukamti
|
Pendamping
|
Menyinarkan tenaga dan kepercayaan yang
tak terhingga.
|
12
|
Dahlan
|
Sampingan
|
Sering
menemani Yusuf berjalan-jalan saat Yusuf berada di rumah kedua orang tuanya
|
13
|
Ibu Yusuf
|
Sampingan
|
Sangat
menyayangi Yusuf
|
14
|
Ayah Yusuf
|
Sampingan
|
Tenang, selalu mengikuti kehendak Yusuf, tak
banyak bicara dan percaya kepada Yusuf.
|
15
|
Sukarto
|
Sampingan
|
Idealis, orang yang penuh cita-cita terhadap bangsa
dan tanah air
|
16
|
Kedua tukang kayu
|
Sampingan
|
Sangat
mengetahui cerita tua tentang lingkungannnya, bersahaja, dan tangkas
|
17
|
Rukamah
|
Pendamping
|
Selalu
menemani Maria saat di Bandung, suka mengganggu Maria dan menyesali akibat
buruk yang disebabkan oleh perbuatannya yang suka mengganggu
|
18
|
Istri Parta
|
Pendamping
|
Baik dan sangat menyayangi anaknya, Maria,
sertaTuti.
|
19
|
Iskandar dan Ningsih
|
Sampingan
|
Girang
dan ceria
|
20
|
Rukmini
|
Sampingan
|
Tidak
ingin jauh dari bundanya
|
21
|
Supomo
|
Pendamping
|
Baik
hati, lemah lembut dan sopan dalam pergaulan.
|
22
|
Perawat Maria
|
Pendamping
|
Selalu menghibur Maria, selalu menemani Maria saat
kesepian dengan bermain dan selalu menyemangatinya
|
23
|
Dokter Maria
|
Sampingan
|
Menjalankan tugasnya dengan baik dan berusaha
semaksimal mungkin untuk merawat Maria
|
3. Latar
a.
Latar Tempat
Novel ini menggunakan banyak latar tempat. Diantara banyak latar tempat
yang digunakan, berikut ini beberapa latar tempat yang dominan dan dianggap
berkesan serta memiliki kesan penting dalam novel ini:
·
Gedung Akuarium, yang merupakan tempat pertemuan Tuti
dan Maria serta Yusuf untuk yang pertama kalinya
·
Air terjun Dago, tempat dimana Maria dan Yusuf saling
mengatakan cinta serta mengikrarkan janji akan menjadi pasangan suami istri di
hari nanti.
·
Pacet, daerah tempat Maria dirawat serta di daerah ini
Tuti dan Yusuf menginap di rumah Saleh dan Ratna yang merupakan teman semasa di
bangku sekolah. Di daerah ini terjalin keakraban diantara keduanya.
b.
Latar Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam roman ini yaitu:
-
Pagi-pagi
-
Senja raya
-
Petang
-
Siang hari
c.
Latar Suasana
Beragam suasana yang digambarkan dalam novel ini. Diantaranya kegembiraan
Tuti dan Maria saat berkenalan dengan yusuf, kekaguman Maria terhadap Yusuf,
ketertarikan Yusuf terhadap maria, kebimbangan dan goncangan jiwa yang dialami
Tuti, kegembiraan saat Maria dan Yusuf mengikrarkan janji di air terjun dago,
serta kesedihan saat Maria harus meninggalkan orang-orang yang dikasihinya.
4. Plot/Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran. Berikut rangkaian
alur yang terdapat dalam novel :
b. Eksposisi
Pada bagian
ini penulis mulai mengenalkan Tuti dan Maria yaitu dua gadis bersaudara yang
memiliki sifat yang berbeda serta memaparkan kehidupan mereka yang merupakan
anak dari R.Wiriaatmadja
c. Komplikasi
Bagian ini
penulis mulai menceritakan bagaimana Tuti dan Maria mulai mengenal Yusuf di
sebuah pasar ikan. Serta menggambarkan ketertarikan Yusuf kepada Maria seorang
gadis periang, dengan muka yang lebih berseri, memiliki mata yang menyinarkan
kegirangan hidup.
d. Resolusi
Puncak Laku
Dalam novel ini, puncak laku terjadi disaat Tuti merasakan kebimbangan dan
pertentangan hebat didalam dirinya. Ia merasa bahwa dalam dirinya terjadi
peperangan antara penyerahan diri dalam cinta yang penuh pertimbangan sedangkan
ia meragukan dirinya apakah akan mampu menerima seseorang yang menurut
pandangannya tak sedikitpun mempunyai kelebihan dibanding dirinya. Sedangkan
apabila ia terlalu memilah dan memilih calon suami bukan tidak mungkin dalam
usianya yang sudah begitu lanjut ia tidak akan bersuami.
e. Klimaks
Tuti harus
menerima kenyataan bahwa adiknya mengalami penyakit Malaria parah sehingga
mengharuskan Maria dirawat di rumah sakit di Kota Pacet.
f. Anti Klimaks
Maria
meninggal karena karena penyakit yang dideritanya dan berpesan kepada Yusuf dan
Tuti agar keduanya tetap meneruskan hubungannya yang kelak menjadi suami istri.
Disinilah akhir pertentangan dan kebimbangan dalam diri Tuti karena ia telah
mendapatkan seseorang yang sesuai dengan jiwanya. Beberapa waktu setelah
meninggalya Maria, Tuti melangsungkan perkawinan dengan Yusuf.
5. Sudut Pandang
Dalam novel ini pengarang tidak berperan apa-apa. Pelaku utamanya adalah
orang lain. Sehingga sudut pandang dalam novel ini adalah orang ketiga serba
tahu.
6. Gaya Bahasa
Gaya
bahasa yang digunakan dalam roman ini yaitu :
·
Majas personifikasi adalah majas yang
melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda,
sehingga benda mati seolah-olah hidup.
“....sedang pohon dan tanaman
tertawa melambai ke langit sarat memikul daun...”
“...hanya sekedar untuk lari dari
kesunyian diri”
·
Majas Perumpamaan ( Majas Asosiasi )
“Perkenalan yang sebentar itu meninggalkan
jejak yang mendalam di kalbunya”
·
Majas Metafora adalah gabungan dua hal
yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru
“suara alam”
“air emas”
7. Amanat
Dalam novel ini, amanat yang dapat dipetik ialah:
·
Kita harus meningkatkan pendidikan, bukan hanya bagi
kaum lelaki tetapi juga bagi kaum perempuan.
·
Kita harus semangat dalam menjalani hidup
·
Kita perlu belajar mengikhlaskan sesuatu
·
Tolak ukur bahagia untuk masing-masing orang
berbeda-beda. Jadi, kita harus mengikuti kata hati kita untuk mendapat
kebahagian tersebut.
B. Pendekatan Didaktik
Pendekatan didaktis berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan
evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan maupun sikap itu
dalam hl ini akan mampu terwujud dalamdalam suatu pandangan etis, filosofis,
maupun agamis, sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya
kehidupan rohaniah pembaca.
·
Sikap St.Takdir yang tersurat dalam
Novel Layar Terkembang sebagai berikut:
a)
Wanita harus berjuang menyetarakan
kedudukannya dengan kaum lelaki.
b)
Kebudayaan Indonesia harus terlahir dari
semangat keindonesiaan dan harus tumbuh mengarah bagi bangsa Indonesia.
c)
Masyarakat Indonesia harus bersikap
dinamis seperti orang barat. Masyarakat Indonesia harus menjadi masyarakat yang
berpendidikan dan kuat menghadapi segala hal yang terjadi pada bangsa.
d)
Mengenai agama,masyarakat Indonesia
menggunakan nama agama hanya sebagai simbol dalam KTP. Karena tidak sedikit
orang Indonesia yang masih bingung dengan agam yang dianutnya.
·
Keadaan
Sosial Ekonomi
a)
Keadaan sosial ekonomi yang tergambar dalam novel
tersebut, yaitu kelas ekonomi menengah ke atas.
b)
Hal ini dibuktikan dengan para tokoh yang bersekolah
sampai kuliah.
c)
Ditambah Tuti dan Maria yang keturunan kerajaan.Ditunjukkan
dengan gelar orang tua mereka yaitu Raden.
C. Pendekatan Historis
Pendekatan historis menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang,
latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatar belakangi masa terwujudnya
prosa fiksi yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan
penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke
zaman.
Sutan Takdir
Alisjahbana dilahirkan di Natal, 11 Februari 1908.
Pendidikan:
ü 1915-1921 : Menempuh pendidikan HIS.
ü 1921-1925 : Menempuh pendidikan Kweekschool di
Bukittinggi, yang kemudian dilanjutkan ke Hogere Kweekschool di Bandung.
ü 1937-1942 : menjalani pendidikan dib
Rechtschoge-school di Jakarta
ü 1940-1942 : Menerima pendidikan di Fakultas Sastra.
ü 1979 : Memperoleh gelar Doctor
Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia.
ü 1987 : Memperoleh gelar Doctor
Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari University Sains Malaysia.
Karya-karyanya
(fiksi):
Tak Putus Dirundung Malang, Dian yang Tak Kunjung
Padam, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Grotta Azzura, Tebaran Mega, Lagu
Pemacu Ombak, Perempuan di Persimpangan Zaman, dan Kebangkitan.
Karya
nonfiksi:
Kebangkitan Puisi Baru Indonesia, Perjuangan
Tanggungjawab dalam Kesusastraan Indonesia, dan Amir Hamzah sebagai Penyair,
dan Uraian Sajak Nyanyi Sunyi.
D.
Aliran
Sastra
Aliran yang digunakan
dalam roman “Layar Terkembang” yaitu:
1. Romantisme,
karena pengarang menggambarkan realita kehidupan yang indah serta gambaran
gadis cantik sesempurna mungkin.
“Tuti
bukan seorang yang mudah kagum, yang mudah heran melihat sesuatu. Keinsafannya
akan harga dirinya amat besar. Ia tahu bahwa ia pandai dan cakap serta banyak
yang akan dapat dikerjakannya dan dicapainya......segala buah pikirannya yang
tetap itu berdasarkan pertimbangan yang disokong oleh keyakinan yang pasti”.
“Sebaliknya Maria seseorang yang
mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Sebelum selesai benar ia berfikir,
ucapannya telah keluar menyatakan perasaannya yang bergelora, baik waktu
kegirangan maupun waktu kedukaan”.
2. Idealisme,
karena salah satu tokoh dalam cerita mengangankan suatu cita-cita atau harapan.
“Yang seorang yang tegap dan kukuh
pendirian, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk cita-cita
yang menurut pikirannya mulia dan luhur”
“Tuti sendiri terus disibuki oleh
berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia
sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk
yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya”.
blog nya bermanfaat banget untuk tugas kuliah aku, terima kasih :)
BalasHapus